Powered By Blogger

Minggu, 26 Oktober 2008






PREBIOTIK DAN PROBIOTIK


oleh :
Boy Arief Fachri*
07/260118/STK/178

*Program Pascasarjana Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
e-mail:boyarief@yahoo.com









I. Pendahuluan

Istilah pangan fungsional dipilih dari sederet istilah yang pernah dipopulerkan sebelumnya seperti pharmafoods, designer foods, nutraceutical food, health foods, dan therapeutic foods. Suatu produk dapat disebut sebagai kelompok pangan fungsional bila :
  1. Makanan yang dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar akan energi dan gizi, namun juga memberi manfaat tambahan secara nutrisional dan fisiologis pada konsumen.
  2. Dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu setiap hari
  3. Mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, yaitu memberikan peran khusus dalam proses metabolisme tubuh seperti meningkatkan imunitas tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu pemulihan tubuh setelah menderita sakit, menjaga kondisi fisik dan mental serta memperlambat proses penuaan (Setyawan, 2007).

Sedangkan Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza (2000) menyatakan bahwa pangan fungsional dapat diartikan sebagai makanan yang dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar akan energi dan gizi, namun juga memberi manfaat tambahan secara nutrisional dan fisiologis pada konsumen.

The International Food Information Center telah mendefinisikan pangan fungsional sebagai pangan yang memberikan manfaat kesehatan. Kelebihan pangan fungsional dibandingkan dengan pangan lain adalah kemampuannya dalam mencegah terjadinya gangguan kesehatan. Kemampuan ini terletak pada komponen aktif yang dikandungnya. Komponen fungsional atau zat bioaktif dalam pangan fungsional yang jarang disentuh keberadaannya adalah probiotik, prebiotik, serat pangan dan resistant starch (Rohdiana, 2004).

Permukaan mukosa seperti gastrointestinal merupakan interfas yang panjang dan kaya akan mikroorganisme jahat. Mikroorganisme ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan (infeksi) pada manusia. Untuk menangkal hal ini, ada dua mekanisme yang dilakukan oleh mukosa yaitu (1) antagonis terhadap bakteri jahat; (2) merespon dengan kekebalan sendiri. Mekanisme yang ke (2) melibatkan adaptive immunity dan innate immunity (Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza (2000).

Pangan fungsional yang mengandung probiotik dan prebiotik dapat memperbaiki ketahanan mukosa dengan cara memodifikasi komponen dan/atau aktifitas metabolisme mikroflora dan memodulasi respon kekebalan sendiri (Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza (2000).

II. Mikroflora

Saluran usus bukan hanya berisi sari dan sisa makanan, namun juga berbagai jenis bakteri. Bakteri-bakteri tersebut berasal dari seratus spesies yang berbeda dan terdapat dalam jumlah yang sangat besar (diperkirakan seratus triliun bakteri).

Mereka hidup bersama dengan mikroba lain secara kolektif. Menurut Winarno (tanpa tahun), triliunan bakteri yang menghuni usus manusia sebenarnya hidup secara tertib menurut suatu sistem dan menempati daerah kekuasaan tertentu. Hal ini, ungkapnya, bagaikan berbagai jenis vegetasi pada suatu hamparan pegunungan yang tampaknya tidak teratur. Namun, dalam kenyataannya tiap-tiap kelompok vegetasi tersebut menempati lokasi yang spesifik, dan keseluruhan vegetasi membentuk suatu karakter flora yang indah. Kelompok bakteri yang menghuni usus disebut bakteri flora usus atau disingkat sebagai flora usus saja.

Bakteri dalam usus ada sekitar 100-400 jenis. Bakteri-bakteri tersebut dikelompokkan dalam bakteri baik dan jahat. Bakteri baik bermanfaat bagi kesehatan dengan menghasilkan antibiotika alami yang membantu keutuhan mukosa usus, proses metabolisme, serta meningkatkan kekebalan tubuh. Contoh bakteri baik adalah Bifidobacterium sp., Eubacterium sp., dan Lactobacillus sp. Bakteri jahat disebut juga bakteri patogen, bisa menyebabkan penyakit dengan mengeluarkan racun yang bisa menyebabkan diare serta mengeluarkan enzim yang mendorong terbentuknya senyawa karsinogenik dalam saluran pencernaan. Bakteri jahat misalnya Clostridium sp., Shigella sp., dan Veillonell sp. (Sianturi, 2002).

Bakteri baik dan bakteri jahat tersebut semuanya hidup dalam keseimbangan. Jika keseimbangan sampai terganggu, misalnya jumlah bakteri jahat lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bakteri baik, maka timbullah penyakit (Sianturi, 2002). Achmad dalam Sianturi (2002) menyatakan kestabilan flora usus bisa terganggu antara lain oleh antibiotika, infeksi bakteri dan virus, kemoterapi, radiasi, pola makan, stres dan iklim.

Mikroflora usus merupakan hadiah pertama dari ibu untuk sang bayi. Pada usia 24 jam, mikroflora usus dihuni banyak bakteri jahat seperti Coliform, Entericocci, Staphylococci, dan Clostridia. Namun, setelah bayi berusia empat hari, jenis bakteri baik seperti Lactobacilli dan Bidobacteri mulai berkembang biak dan mendesaki bakteri jahat yang telah ada sebelumnya. Akhirnya usus bayi didominasi oleh bakteri baik Bifidobacteria. Sejak itulah flora usus bayi menjadi stabil. Karena ini pula, setelah flora usus bayi stabil, biasanya diare yang terjadi pada awal kehidupan bayi akan berkurang dan menghilang (Winarno, tanpa tahun).

Populasi bakteri di sepanjang saluran pencernaan semakin kompleks baik jenis maupun jumlahnya, dengan bertambahnya usia. Lambung hanya mengandung bakteri yang tahan terhadap asam, sebagaimana diketahui, pH atau keasaman lambung sangat rendah, sekitar 1.7 dan bakteri laktat bisa bertahan dalam bilangan ribuan (103) bakteri. Usus besar atau colon ditempati 400-500 jenis bakteri yang jumlahnya triliunan (1012) bakteri, dan bakteri laktat jumlahnya sekitar 104 - 109 bakteri. Karena itu sepertiga berat feses merupakan bakteri baik hidup maupun mati.

Pada Tabel 1. dapat dilihat mikroorganisme yang dominan terdapat pada saluran pencernaan manusia. Mikroflora dalam saluran pencernaan manusia sehat relatif stabil, tetapi bervariasi bergantung dari kondisi fisiologis, pangan yang dikonsumsi, pengobatan yang sedang dijalani, stress dan umur.

Berangkat dari fenomena-fenomena tersebut, maka dapat dilakukan manajemen mikroflora usus yaitu proporsi bakteri baik ditingkatkan, dan bakteri jahat ditekan jumlahnya. Caranya, dengan mengkonsumsi bakteri probiotik, dan menyediakan nutrisi (prebiotik) sesuai untuk bakteri probiotik agar dalam usus berkembang lebih pesat (Waspodo, 2001).

Hal serupa dinyatatakan oleh Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza (2000) bahwa probiotik dan prebiotik dapat digunakan untuk memodifikasi kesetimbangan mikroflora dalam usus dengan cara menambah nutrisi prebiotik atau bakteri probiotik.
III. Prebiotik Sebagai Pangan Fungsional

3.1. Definisi-definisi Probiotik

Prebiotik merupakan makanan (nonbakteri) yang tidak dapat dicerna manusia, namun berguna bagi bakteri penghuni usus besar (colon). Prebiotik akan meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri baik yang berada dalam colon (Winarno, tanpa tahun; Waspodo 2001; Achmad dalam Sianturi, 2002). Rohdiana (2004) menyebutkan bahwa prebiotik melakukan perangsangan selektif pada pertumbuhan dan/atau aktifitas salah satu atau beberapa bakteri dalam usus besar, sehingga dapat meningkatkan kesehatan.

Prebiotik disebut juga makanan usus (colonic food) merupakan substrat buat bakteri sehingga dapat menghasilkan energi, nutrisi mikro dan membantu proses metabolisme. Proses metabolisme menghasilkan SCFAs, hydrogen, CO2, laktat, suksinat, ammonia, fenol dan indol. Profil hasil proses metabolisme tergantung pada kuantitas dan kualitas mikroflora serta substrat yang tersedia (Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza (2000).

3.2. Syarat dan Jenis Probiotik

Collins dan Gibson (1999) melaporkan bahwa agar bisa dikatakan sebagai prebiotik maka suatu senyawa harus (1) tidak dapat dihidrolisis maupun diserap dalam upper gastro intestinal; (2) menjadi substrat yang selektif terhadap salah satu atau beberapa jenis bakteri yang menguntungkan dalam usus; (3) bisa memodifikasi komposisi mikroflora usus supaya menjadi lebih sehat.

Beberapa jenis prebiotik yang kini populer adalah oligosakarida seperti rafinosa, stakhiosa, galakto-oligosakarida, frukto-oligosakarida, laktulosa, laktitol dan inulin, serta beberapa jenis peptida dari protein yang tidak dapat dicerna setelah mencapai usus sekalipun (Winarno, tanpa tahun; Collins dan Gibson, 1999; Waspodo 2001; Achmad dalam Sianturi, 2002).

3.3. Sumber Prebiotik

Secara alami senyawa prebiotik terdapat dalam makanan yang banyak mengandung serat seperti biji-bijian; sayuran seperti brokoli, kembang kol, dan sayuran daun hijau; serta buah-buahan. Produk olahan kedelai seperti tempe, tahu, dan taoco, kaya akan senyawa prebiotik. Senyawa prebiotik tersebut juga banyak terdapat dalam tepung terigu dari gandum berkulit ari (whole wheat flour), bawang bombai, dan bawang putih (Achmad, 2002). Prebiotik dapat diasup dalam bentuk padatan maupun cairan seperti , yakult dan yoghurt atau minuman fermentasi lainnya.

3.4. Formulasi/Komposisi Prebiotik

Haschke dkk (2003) melaporkan senyawa prebiotiknya mengandung frukto-oligosakarida dan inulin masing-masing dengan komposisi 60-80 % w dan 20-40 % w. Hasilnya, respon kekebalan bayi yang mengkonsumsi prebiotiknya dinyatakan lebih baik dibandingkan yang tidak mengkonsumsi prebiotik. Hal ini ditunjukkan dengan kadar IgG yang meningkat yaitu 6,6 kali lebih banyak. Disamping itu, ia juga menambahkan susu terfermentasi, keju segar, yoghurt, sereal, susu bubuk dan produk berbasiskan kedelai sebagai carrier ke dalam prebiotiknya.

Maase (2004) menggunakan α laktalbumin dan α laktalbumin yang diperkaya dengan konsentrat protein susu sebagai agen prebiotik. Kadar α laktalbumin dalam α laktalbumin konsentrat protein susu sedikitnya 60 % w/w. Sedangkan kadar α laktalbumin dalam produk siap dikonsumsi (ready to consume) sedikitnya 0,5 % w/w, disuka 0,5-1, % w/w tetapi lebih disuka sekitar 1 % w/w.

Porubchan (2005) menyebutkan bahwa polyoxyethlene sorbitan monooleat (PSM) kering dapat digunakan sebagai prebiotik walaupun dengan kadar 5-100 mg/dose. Kadar air dalam PSM tidak boleh lebih dari 0,05.

Vigh dan Viby (2007) menggunakan d-tagatosa sebagai komponen prebiotik yang berguna untuk merangsang bakteri untuk memproduksi butirat. D-tagatosa dikonsumsi secara oral sebanyak 5-30 gram sehari.


IV. Probiotik Sebagai Pangan Fungsional

4.1. Definisi-definisi Probiotik

Konsep probiotik dikembangkan dari sebuah teori autointoksikasi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia penerima Nobel Biologi tahun 1908 yaitu Elie Metchnikoff. Menurutnya, secara perlahan pembusukan (putrefeksi) oleh bakteri dalam usus besar menghasilkan senyawa-senyawa beracun yang memasuki peredaran darah, yang disebut sebagai proses autointoksikasi. Proses inilah yang menyebabkan penuaan dan beberapa penyakit-penyakit degeneratif. Dia meyakini bahwa tingginya usia hidup warga suku-suku pegunungan di Bulgaria merupakan hasil dari konsumsi produk susu fermentasi. Bakteri yang ikut terkonsumsi bersama produk tersebut dan kemudian mampu tinggal di usus berpengaruh positif terhadap mikroflora di kolon dengan cara menurunkan efek toksik dari mikroorganisme yang merugikan di kolon.
Brady et al. (2000) dalam Prangdimurti (2001) mensitasi definisi probiotik dari Gibson and Robertfroid (1995) sebagai pangan/suplemen pangan yang berisi mikroba hidup yang memberi efek yang menguntungkan (kesehatan) saluran pencernaan.

Rohdiana (2004) menyebutkan probiotik adalah suplemen berupa organisme hidup yang mempunyai pengaruh menguntungkan di dalam usus. Organisme probiotik yang digunakan untuk konsumsi manusia umumnya adalah penghasil asam laktat (meskipun terbuka pula kemungkinan mikroorganisme yang lain yang menghasilkan efek menguntungkan). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Maletto (2007) bahwa probiotik merupakan mikroorganisme yang menguntungkan karena dapat memperbaiki kinerja saluran pencernaan dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Sementara itu Fuller dalam Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza (2000) mengemukakan bahwa probiotik adalah makanan suplemen yang mengandung mikroorganisme hidup yang memberikan efek yang menguntungkan bagi konsumennya (host) dengan cara memperbaiki kesetimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.

Naidu dkk (1999) dalam Simmons dkk ( 2005) mengartikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang sengaja dikonsumsi untuk memberikan manfaat fisiologis dengan cara memodulasi mukosa dan sistem kekebalan dengan cara memperbaiki sistem pencernaan dan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan.

Skop (2006) menambahkan bahwa probiotik merupakan suplemen bagi flora-flora usus (natural flora). Mattson (2007) menyebutkan term probiotik memiliki arti untuk kehidupan termasuk menghidupi. Prebiotik merupakan kultur bakteri yang memberikan manfaat kesehatan.

4.2. Syarat, Sumber dan Jenis-jenis Probiotik

Agar dapat disebut probiotik dan dapat memberikan efek fisiologis yang baik, maka prebiotik harus memiliki sifat sebagai berikut (Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza , 2000)
1. Berasal dari manusia (human origin)
2. Tahan terhadap asam dan toksisitas cairan empedu
3. Melekat pada sel-sel dalam saluran pencernaan manusia
4. Membentuk koloni dalam usus manusia
5. Bersifat antagonis terhadap bakteri patogen
6. Menghasilkan substrat anti mikroba
7. Menambah kekebalan
8. Terbukti secara klinis dapat memberikan manfaat kesehatan
9. Aman digunakan oleh manusia.

Prangdamurti (2001) menambahkan bahwa salah satu syarat probiotik adalah harus tetap hidup selama pengolahan dan penyimpanan dan Waspodo (2001) menyebutkan bahwa prebiotik harus tahan terhadap lisozim (enzim di air liur), pemecah dinding sel bakteri, asam-asam empedu, untuk sampai di usus dalam keadaan hidup dan mampu melekat pada sel epitel. Winarno (tanpa tahun) menambahkan prebiotik harus memiliki sifat anti karsinogen dan harus mampu meningkatkan kemampuan penyerapan usus.

Probiotik alami yang terdapat dalam usus adalah kelompok Lactobacillus dan Bifidobacteria (Collins dan Gibson, 1999;). Ia juga terdapat dalam makanan fermentasi seperti yakult, keju berbagai produk salami, beberapa buah dan sayuran dan dikenal aman (GRAS, Generally Recognized as Safe) (Waspodo, 2001). Menurut Winarno (tanpa tahun) dan Prangdimurti (2001), bakteri tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi infeksi saluran usus dengan cara memperbaiki komposisi mikroflora sehingga mengarah pada dominansi bakteri-bakteri yang menguntungkan kesehatan. Akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat, mengurangi kadar lemak dalam darah dan meningkatkan respon kekebalan. Bakteri-bakteri itu disebutkan dapat berperan dalam perlindungan terhadap serangan kanker usus.

Prebiotik yang tahan dan mampu hidup hingga sampai di usus adalah bakteri yang berasal dari manusia itu sendiri. Oleh karenanya, Lactobacillus dan Bifidobacteria merupakan pilihan terbaik (Collins dan Gibson, 1999; Prangdimurti, 2001; Jones, 2002).
Adapun tipe-tipe produk probiotik dan bakteri probiotik yang digunakan adalah sebagai berikut.

4.3. Manfaat Probiotik

Adapun manfaat mengkonsumsi produk probiotik antara lain (www.indoforum);
1. Membantu membersihkan saluran cerna dan memproduksi vitamin
2. Meningkatkan fungsi hati dalam membersihkan toksin
3. Menurunkan kolesterol darah dan trigliserida
4. Mencegah diare, sembelit dan mengurangi alergi
5. Mencegah perkembangan bakteri patogen
6. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
7. Meningkatkan fungsi pencernaan
8. Mencegah keropos tulang
9. Mencegah infeksi jamur Cancida Aalbicans
10. Membantu mencegah kanker4.4. Formulasi/Komposisi Probiotik


Metchnikoff, ahli Bulgaria yang pertama kali mengemukakan konsep probiotik, menggunakan Lactobacillus delbrueckii sub spesies bulgaricus dan Streptococcus salivarius sub spesies thermophilus untuk memproduksi yoghurt.

Mayra-Makinen dkk (2004) menggunakan kombinasi antara lactobacillus rhamnosus, propionibacterium freundenreichii ssp.shermanii dan bifidobacterium.

Ljungh-Wadstorm (2007) melaporkan bahwa komposisi probiotiknya terdiri atas dua bakteri asam laktat yang dapat dipilih dari kelompok Lactobacillus plantarum F5, F26, LMG P-20606, Pediococcus penosaceous dan Leuconostoc mesentorides. Bakteri-bakteri itu dapat digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama. Ia juga melaporkan bahwa komposisi prebiotiknya memberikan intestinal survival, intestinal binding, infection protecting dan fiber fermenting property yang baik.

Agar probiotik dapat aman dan sampai dalam keadaan hidup di usus, berbagai cara telah ditempuh, selain dengan mengasup secara kontinyu, maka dapat juga dengan mengemasnya, seperti yang dilakukan oleh Simmons dkk (2005). Ia mengemas probiotik dalam bentuk kapsul. Komposisinya terdiri atas bakteri probiotik (1-10 %), mikrokristalin selulosa (50-90 %) dengan diameter 45-180µm dan derajat polimerisasi 165-365, serta stabilisator (0,1-30 %) dan disintegran (0.1-5%). Bakteri probiotik berupa Lactobacillus dan Bifidobacterium. Stabilisator yang digunakan antara lain dapat berupa gliserol, bubuk susu skim tanpa lemak, asam askorbat, flavanol, asam nikotinat dan sukrosa. Disintegrannya dapat berupa croscarmelose sodium, asam alginate, dan starch. Prosesnya meliputi dry-blending antara MMC dengan disintegran, kemudian campuran tersebut digranulasi sambil ditambah stabilisator dan air untuk membentuk extrudable paste. Langkah selanjutnya adalah ekstrusi lalu diikuti dengan spheronisasi, pengeringan dan pelapisan (coating ).

Sanguansri dkk (2007), mengemas prebiotik dengan cara dibuat dalam bentuk micro-encapsulated. Caranya dengan mendispersikan bakteri probiotik dalam suspensi cair protein, karbohidrat dan lemak atau dalam minyak yang didispersikan dalam campuran karbohidrat dan protein.Emulsi yang terbentuk dikeringkan dengan cara didinginkan (freeze drying) lalu dibuat dalam bentuk bubuk lalu. Protein yang digunakan dapat berupa casein atau whey protein sedangkan karbohidrat yang digunakan dapat berasal dari starch atau sakharida. Bakteri probiotiknya dapat berupa Lactobacillus, Bifidobacteria, Saccharomyces, Lactococci, Streptococci atau Propionibacteria.

Mattson (2007) mengemas prebiotiknya dalam bentuk kering dalam bahan impermeable. Prebiotik kering didispersikan dalam fat-based coating, kemudian dapat ditambahkan flavour agent seperti coklat, yoghurt dan sweetener. Lalu dikemas dalam kemasan yang kedap air, biasanya metallized multi-layer polymer film. Prebiotik yang digunakan berasal dari kelompok Lactobacillus dan Bifidobacterium.

V. Sinbiotik

5.1. Definisi-definisi Sinbiotik

Konsep sinbiotik dikemukakan oleh Gibson dan Roberfroid, yang artinya gabungan antara prebiotik dan probiotik, dengan maksud dapat memberikan sifat mampu hidup lebih lama bagi prebiotik dan menambah jumlah prebiotik dalam saluran pencernaan dengan cara merangsang dan atau mengaktifkan bakteri probiotik dalam usus sehingga memberikan manfaat kesehatan yang lebih baik (Brassart dan Schiffrin dalam Schmidl dan Labuza, 2000).

Salah satu cara untuk menjaga dan memperbaiki mikroflora dalam usus, selain dengan mengasup prebiotik dan probiotik sendiri-sendiri, maka dapat pula diasup secara bersama-sama. Caranya dengan menformulasikan prebiotik dan probiotik dalam satu bentuk. Bentuk ini disebut dengan sinbiotik. Keuntungannya adalah dapat memperpanjang umur probiotik. Prebiotik yang digunakan biasanya merupakan substrat yang sesuai dengan probiotiknya, seperti Bifidobacteria dengan FOS atau GOS, dan Lactobacillus dengan laktitol (Collins dan Gibson, 2001).

Menurut Daniels (2006), sinbiotik merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap probiotik.

5.2. Formulasi/Komposisi Sinbiotik

Haschke dkk (2003) juga menambahkan probiotik ke dalam prebiotiknya. Probiotiknya berasal dari kelompok Bifidobacterium bifidum dan Streptococcus thermophilus.

Ranganathan (2004) menggunakan sedikitnya satu dari bakteri probiotik diantaranya Lactobacillus, L., bulgaricus, L., casei, L., rhamnosus, L., fermentum, L., Brevis, S. thermophilus, Bifidobacterium adolescentis, B., bifidum. Kemudian sedikitnya satu karbohidrat, yang digunakan dapat berupa dekstrsa, fruktosa, laktosa, maltosa, galaktosa dan gula-gula alkohol seperti manitol, sorbitol dan xylitol. Sebagai tambahan, ia juga menggunakan minyak yang dapat berupa minyak ikan, minyak kedelai, minyak kacang, minyak biji kapas, dan minyak biji bunga matahari dan lemak nabati maupun hewani. Protein juga ditambahkan dan bias berupa protein susu, protein nabati, protein hewan, protein telur, lactalbumin, dan senyawa caseinate seperti kalsium dan sodium caseinate.

Mayra-Makinen dkk (2004) membuat sinbiotik dengan komposisi Lactobacillus rhamnosus, Propionibacterium freundenreichii ssp.shermanii dan Bifidobacterium serta prebiotik berupa oligosakharida (galakto-oligosakharida), xylo-oligomer atau polidekstrosa.

De jong dkk (2004) membuat sinbiotik dari oligosakarida yang memiliki derajat polimerisasi 2-20 dan prebiotik yang dapat berupa Lactobacillus, Bifidobacterium dan Propionibacterium. Perbandingan komposisinya 1-5 gram oligosakharida tiap 108-1011 sel probiotik.

Sedangkan Porubchan (2005) mencampur PSM kering (kadar air dibawah 5 %) dengan bakteri spesies Lactobacillus.

Sinbiotik yang dibuat Guo (2005) terdiri atas prebiotik yang dapat berasal dari kelompok Lactobacillus, Bifidobacterium, Lactococcus, Pediococcus dan Saccharomyces serta mannano-oligosakharida atau frukto-oligosakharida. Komposisinya sedikitnya mengandung 10000 CFU dan 50 mg- 10 g mannano-oligoskahrida atau 20-25 g frukto-oligosakharida. Untuk membuat encapsulated form, ia menambahkan diluent, stabilisator, pengikat (binder), buffer, pelumas, pelapis, pengawet, emulsifier dan penyuspensi.


VI. Daftar Pustaka

  1. Brady, L.J., Gallaher, D.D. and Busta, F.F. 2000. The role of probiotic cultures in the prevention of colon cancer. J. Nutr. Vol. 130, Hal. 410S-414S.
  2. Brassart, D., Schiffrin, E.J., (2000), Pre-and Probiotics, dalam Essentials of Functional Foods oleh Mary K. Schmidl and Theodore P.Labuza (2000)
  3. Collin, M.D., Gibson, G.R., 1999, Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics: Approaches for Modulating the Microbial ecology of the Guts, Am. J.Clin. Nutr., Vol. 69, Hal. 1052S-1056S
    Daniels, S., 2006, Can Prebiotics Protect Probiotics during Processing?, International Journal of Food Microbiology, Vol.112, Hal. 171-178
  4. De jong, P., Van Laere, 2004, Preparation that Contains Oligosaccharides and Probiotics, US 6 783 780 B1
  5. Guo , P., 2005, Compositions Containing Probiotics and Polysaccharides and Methods of Use, US 2005/0186188 A1
  6. Haschke, F., Carrie, A., Kratky, Z., Link-Amster, H., Rochat, F., 2003, Cahbohydrate Formulation (Prebiotic Adjuvant) for Enhancement of Immune Response, US 2003/0040492 A1
  7. Jones, P., 2002, Clinical Nutrition: 7. Functional Foods-more than just Nutrition, JAMC, Vol. 12, Hal. 1555-1563
  8. Lichtenstein, A.H. and Goldin, B.R. 1998. Lactic Acid Bacteria and Intestinal Drug and Cholesterol Metabolism dalam Lactic Acid Bacteria : Microbiology and Functional Aspects oleh Salminen, S. dan Wright, A., Edisi kedua. Marcel Dekker, Inc.
  9. Ljungh-Wadstorm, A., 2007, Probiotic Composition Comprising at Least Two Lactic Acid Bacterial Strains which are able to Clonise the Gastrointestonal Tracts in Combination with Having Intestinal Survival Property, Intestinal Binding Property, an Infection Protection Property and Fiber Fermenting Property, US 2007/0098705 A1
  10. Maase, K., 2004, G(A)-Lactalbumin as Prebiotic Agent, US 2004/0077539 A1
    Mattson, P.H., 2007, Probiotic Food, Process for Its Preparation and Dietary Regimen, US 2007/0160589 A1
  11. Mayra-Makinen , A., Suomalainen, T., Vaarala. O., 2004, Combination of Probiotics, US 2004/0062758 A1
  12. Porubchan, R.S., 2005, Growth Promoting Prebiotic for Lactobacillus Dietary Supplements, US 2005/0106132 A1
  13. Prangdamurti, E., 2001, Probiotik dan Efek Perlindungannya terhadap Kanker Kolon, Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana IPB
    Ranganathan, 2004, Nutritional Compositions Comprising Probiotics, US 2004/0161422 A1
  14. Rohdiana, D., 2004, Pangan Fungsional dan Kesehatan, Harian Pikiran Rakyat, Edisi Kamis, 8 April 2004.
  15. Sanguansri, L., Augustin, A., Crittenden, V., 2007, Probiotic storage and Delivery, US 2007/0122397 A1
  16. Setyawan, A.B., 2007, Pangan Fungsional dan Kesehatan, www.google.co.id
    Sianturi, G., 2002, Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan, Harian Kompas, Edisi Minggu, 27 Januari 2002.
  17. Simmons, D.L., Moslemy, P., Paquette, G .D., Guerin, D., Joly, M., 2005, Stable Probiotic Microsphere Compositions and Their Methods of Preparation, US 2005/0266069 A1
    Skop, M., Chokshi, D., 2006, Novel Probiotic Compositions and Methods of using the Same, US 2006/0263344 A1
  18. Vigh, M.L., Viby, H.A., 2007, Use of D-Tagatose as a Prebiotic Food Component, US Patent 7 202 219 B1
  19. Waspodo, I.S., 2001, Efek Probiotik, Prebiotik dan Synbiotik bagi Kesehatan, Harian Kompas, Edisi 30 September 2001.
  20. Winarno, F.G., tanpa tahun, Flora Usus: Menjaga Kesehatan dan Kebugaran, http:// www. Republika.co.id.

Ucapan terima kasih kepada Ibu Wiratni, Ph.D yang telah memberikan arahan dalam penulisan paper ini.


















Tidak ada komentar: